Advertisemen
Coklat
merupakan makanan yang sangat digemari. Hampir semua makanan atau
minuman ada rasa atau varian coklat, dari mulai es krim, biskuit,
roti, sampai ada lhow minuman bersoda rasa coklat. Coklat
couverture sangat disukai oleh anak - anak sampai orang dewasa.
Tahukah anda bahwa untuk mendapatkan sebatang coklat couverture yang
lembut dibutuhkan waktu 4 - 15 hari pengolahan dari buah kakao. Yuk
ah kita bedah proses pengolahan coklat couverture dari mulai buah
kakao sampai jadi sebatang coklat couverture lembut yang siap
dinikmati.
Pengolahan Biji Coklat
Coklat
yang biasa kita makan berasal dari biji buah kakao atau dalam bahasa
latinnya Theobroma
cacao. Tanaman
kakao secara garis besar dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu
Criollo, Forastero, dan Trinitario. Criollo menghasilkan biji kakao
dengan aroma yang sangat kuat tanpa rasa pahit, tetapi sensitif
terhadap perubahan iklim dan serangan hama penyakit dengan jumlah
produksi relatif rendah. Berbeda dengan criollo, forastero lebih
tahan perubahan iklim dan serangan hama, jumlah produksinya relatif
besar tetapi bijinya memiliki aroma yang lemah dengan rasa yang
pahit. Biji kakao Indonesia sendiri sebagian besar masuk dalam jenis
Trinitario yang merupakan hasil persilangan dari Criollo dan
Forastero dengan sifat yang mirip dengan Criollo.
Buah
kakao berbentuk bulat panjang (panjang sekitar 15 – 25 cm dan lebar
7 – 10 cm) dengan kulit yang relatif tebal (10 – 15 mm). Warnanya
yang hijau pada saat masih muda berganti menjadi kuning, oranye,
merah atau ungu ketika masak, walaupun pada beberapa varietas
warnanya tetap hijau ketika buah masak. Pulp atau daging buah
menutupi 20 – 40 buah biji kakao. Pada buah yang masak, pulp
memiliki konsistensi lunak dan berlendir dengan rasa yang manis dan
warna putih seperti susu. Biji kakao sendiri berbentuk oval pipih.
Panjang biji sekitar 2 cm dengan lebar sekitar 1 cm dan berat ± 1
gram jika dikeringkan.
Biji
coklat dikeluarkan dari buahnya dengan cara memukul buah kakao dengan
kayu atau memukulkannya antar buah kakao. Membuka buah kakao tidak
boleh memakai logam karena akan membuat biji berwarna abu. Pengolahan
biji kakao dibedakan menjadi dua macam yaitu pengolahan biji kakao
secara fermentasi dan pengolahan biji kakao tanpa fermentasi.
Pengolahan kakao fermentasi dilakukan dengan cara menumpuk biji kakao
di dalam wadah biasanya memakai keranjang atau kotak dari kayu. Biji
kakao difermentasi selama 2 - 8 hari dengan pengadukan secara berkala
agar biji teraerasi dengan merata sehingga bisa terfermentasi secara
sempurna. Sayangnya petani Indonesia tidak suka melakukan proses
fermentasi karena perbedaan harga jual yang tidak signifikan antara
biji kakao fermentasi dan non fermentasi. Padahal fermentasi sangat
penting dilakukan karena dengan fermentasi akan meningkatkan kualitas
dari biji kakao baik secara fisik maupun kimia.
Selama
fermentasi, suhu biji naik menjadi 45 - 50°C yang mematikan biji
(menghentikan germinasi) dan meningkatkan keasaman biji. Selain itu
juga terjadi pembentukan warna dan flavor serta degradasi parsial
komponen penyebab rasa pahit dan kelat. Pulp yang menempel pada biji
coklat terdekomposisi secara enzimatis menjadi cairan yang larut air.
Fermentasi dikatakan sempurna jika warna biji kakao berubah dari
warna terang menjadi coklat gelap yang homogen dan biji mudah dipisah
dari kulit bijinya.
Setelah
fermentasi selesai, biji dikeringkan hingga kadar air mencapai 6 –
8%. Proses pengeringan bisa dilakukan dengan cara penjemuran atau
menggunakan oven pengering (55 – 66oC). Di beberapa negara,
termasuk Indonesia, dilakukan pencucian biji sebelum dikeringkan.
Walaupun akan memperbaiki penampakan biji, tetapi pencucian yang
berlebihan beresiko untuk meningkatkan kerapuhan biji. Pengeringan
merupakan salah satu faktor terpenting agar didapat biji yang
mempunyai keuletan yang tinggi.
Pembuatan Pasta Coklat (Cocoa Liquor / Cocoa Mass)
Pasta
coklat tidak sama dengan selai coklat atau chocolate
spread yang
biasanya digunakan untuk olesan roti. Selai coklat terbuat dari
minyak nabati biasanya minyak sawit, sedangkan cocoa
liquor merupakan
bentuk murni dari coklat.
Pembuatan
pasta coklat melibatkan tahapan proses pembersihan biji, pemisahan
kulit, penyangraian. dan penggilingan. Pembersihan ditujukan untuk
mengeluarkan pengotor yang mungkin terbawa, seperti pasir, batu,
partikel-partikel tanaman dan sebagainya. Keberadaan pengotor ini
tidak diinginkan. Jika pengotor yang keras hanya potensial untuk
merusak peralatan proses, maka pengotor organik juga bisa merusak
flavor coklat selama proses penyangraian.
Proses
penyangraian biji coklat dilakukan pada suhu maksimal 150oC,
selama 10 – 35 menit, tergantung dari tujuan akhir penggunaan biji.
Biji yang akan diolah menjadi coklat (chocolate), membutuhkan proses
sangrai yang lebih intensif dibandingkan dengan biji yang akan diolah
untuk menjadi coklat bubuk (cocoa powder). Apapun metode penyangraian
yang dipilih, proses tidak boleh menghanguskan kulit karena akan
merusak flavor. Selama proses penyangraian, kadar air biji turun
menjadi sekitar 2% dan terjadi pembentukan flavor coklat. Biji akan
berwarna lebih gelap dengan tekstur yang lebih rapuh dan kulit
menjadi lebih mudah dipisah dari daging biji (nib). Penyangraian juga
akan mempermudah proses ekstraksi lemak. Selain itu, panas selama
penyangraian juga berperan untuk membunuh kontaminan yang mungkin
terikut dari tahapan sebelumnya.
Biji
yang telah disangrai secepatnya didinginkan untuk mencegah pemanasan
yang berlebihan. Biji selanjutnya dihancurkan dan dipisahkan dari
kulit ari dan lembaganya dengan menggunakan teknik hembusan udara
(menampi secara mekanis). Keberadaan kulit ari dan lembaga tidak
diinginkan karena akan merusak flavor dan karakteristik produk olahan
coklat.
Setelah
penyangraian, biji coklat (nib) mengalami proses penggilingan
(pelumatan). Proses ini dilakukan secara bertingkat sebanyak 2 – 3
tahap untuk memperoleh pasta coklat (cocoa liquor atau cocoa mass)
dengan tingkat kehalusan tertentu.
Pada
pembuatan pasta coklat, kadang juga dilakukan proses alkalisasi
sebelum proses penggilingan. Tujuan proses alkalisasi adalah untuk
melembutkan flavor dengan menetralkan sebagian asam-asam bebas, juga
untuk memperbaiki warna, daya basah (wettability) dan dispersibilitas
coklat bubuk (cocoa powder) sehingga mencegah pembentukan endapan
dalam minuman coklat. Pada proses alkalisasi, nib sangrai direndam
dalam larutan alkali encer (konsentrasi 2 – 2.5%) pada suhu 75 –
100oC
lalu dinetralkan untuk selanjutnya dikeringkan sampai kadar air
menjadi 2%, atau di adon (kneading). Proses ini menyebabkan
penggembungan pati dan menghasilkan massa coklat dengan struktur sel
berbentuk sponge dan porous.
Pemisahan Lemak Coklat (Cocoa Butter) dan Coklat Bubuk (Cocoa Powder)
Cocoa
liquor mengandung 55 - 58 % lemak coklat. Lemak coklat dan bubuk
coklat perlu dipisahkan untuk membuat coklat batang lebih tahan di
dalam suhu ruang, selain itu coklat bubuk perlu dipisahkan agar dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan proses produksi produk - produk lain
seperti selai, aneka olahan roti dan kue. Proses pemisahan cocoa
butter dan
cocoa
powder ini
pertama kali ditemukan alatnya yang efektif oleh insinyur sekaligus
chocolatier
asal
Belanda yaitu CJ Van Houten.
Pasta
coklat dipress dengan hydraulic
press sehingga
terpisah antara lemak coklat dan bubuk coklatnya. Lemak coklat
berwarna putih gading pada suhu ruang dan merupakan komponen termahal
dari coklat. Setelah dipress maka akan disisakan chocolate
cake yang
akan diolah lebih lanjut menjadi cocoa
powder dengan
cara dihaluskan dengan mesin grinder
atau
breaker
sehingga
didapatkan bubuk coklat dengan kehalusan yang seragam.
Kadar
lemak didalam coklat bubuk berkisar antara 10 – 22%. Bubuk coklat
dengan kadar lemak yang lebih tinggi biasanya memiliki warna yang
lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Coklat bubuk ini digunakan
dalam berbagai produk pangan, misalnya untuk membuat minuman coklat,
inggridient untuk cake, puding, ice cream dan sebagainya. Khusu untuk
minuman coklat biasanya produsen lebih suka menggunakan coklat bubuk
dengan kadar lemak 10 - 12% karena tidak berminyak sehingga lebih
larut dalam air.
Pembuatan Coklat Couverture
Coklat
couverture dibuat dengan menggunakan pasta coklat (cocoa mass), yang
ditambahkan dengan lemak coklat, bubuk coklat, gula, susu, dan bahan
tambahan lain sesuai dengan formula yang diinginkan . Bahan-bahan ini
dicampur dalam sebuah mixer atau paster, sehingga dihasilkan pasta
coklat yang kental yang selanjutnya mengalami proses pelembutan
(refining) dengan mesin tipe roll sampai diperoleh massa coklat
dengan tekstur yang halus (ukuran partikel kurang dari 20 µm).
Massa
coklat hasil dari refining berbentuk bubuk dan kering pada suhu ruang
dengan flavor yang asam. Untuk memperbaiki konsistensi tekstur dan
flavornya, maka massa coklat kadang-kadang diperam selama 24 jam pada
suhu hangat (45 – 50oC)
sebelum masuk ketahapan proses penghalusan (conching). Proses
pemeraman ini dikenal dengan sistem dutch, kadang dilakukan untuk
membuat coklat bubuk.
Proses
penghalusan (conching) adalah proses pencampuran untuk menghasilkan
coklat dengan flavor yang baik dan tekstur yang halus. Biasanya
dilakukan dua tahap, proses dilakukan pada suhu 80oC
selama 24 – 96 jam. Adonan coklat dihaluskan terus-menerus dan
lesitin ditambahkan pada akhir conching untuk mengurangi kekentalan
coklat. Pada tahapan ini, air dan senyawa pengganggu flavor menguap,
lemak kakao akan menyelimuti partikel coklat, gula dan susu secara
sempurna sehingga memberikan sensasi tekstur yang halus.
Lemak
coklat memiliki beberapa bentuk polimorfik dan proses pendinginan
yang dilakukan akan sangat mempengaruhi bentuk kristalnya. Jika
pemadatan (kristalisasi) coklat cair dilakukan dengan proses
pendinginan yang tidak terkontrol, akan dihasilkan coklat padat
dengan tekstur yang bergranula dan spot-spot warna kelabu
dipermukaan.
Tempering
merupakan tahapan proses berikutnya, yang dilakukan untuk memperoleh
coklat yang stabil, karena akan menghasilkan kristal-kristal lemak
berukuran kecil dengan titik leleh yang tinggi. Adonan lemak cair
didinginkan dari 50oC
menjadi 18oC
dalam waktu 10 menit dengan pengadukan konstan. Adonan lalu didiamkan
di suhu dingin selama sekitar 10 menit untuk membentuk lemak coklat
dengan kristal tipe ẞ yang bersifat stabil. Suhu selanjutnya
dinaikkan menjadi 29 – 31oC,
dalam waktu 5 menit. Proses ini bisa bervariasi, tergantung komposisi
bahan yang digunakan.
Sebelum
pencetakan, suhu coklat cair dijaga pada 30 – 32oC
untuk dibawa ke wadah-wadah pencetakan. Selanjutnya, dilakukan
pendinginan lambat untuk memadatkan coklat dan coklat dikeluarkan
dari cetakan setelah suhu mencapai 10oC.
proses pendinginan terkontrol akan menghasilkan coklat padat dengan
kristal lemak yang halus dan struktur yang stabil terhadap panas,
terlihat dari sifat lelehnya yang baik dan permukaan yang mengkilap.
Add Comments